Setengah Tiga Pagi
'Pasti, pasti akan kujemput.' Nada tajamnya seolah menusuk sunyi pukul setengah tiga pagi. Tangannya kuat memegang pena di tangannya, ia geram sekali lagi, sekaligus mencoba untuk kembali percaya diri. Pelupuk matanya hampir penuh dengan bulir kristal air, siap jatuh untuk kesekian kali. Goresan-goresan mimpi yang terlukis sejak bulan-bulan lalu di sebuah buku rahasianya, kembali menghadirkan 'perasaan lain' yang kini hampir mengabur. 'Perasaan lain' yang terakumulasi dari idealismenya, saat kata 'aku pasti bisa' seolah menjadi sihirnya nomor satu. Dan pagi buta itu, seperti membawanya kembali pada percaya. Pada setiap doa-doanya, dan mimpi-mimpinya. Dan bagaimana kemudian, bayangan dari 'perasaan lain' akan dua senyum dari sosok yang paling dinantikannya kembali menghadirkan keyakinannya lagi. Ia pasti akan menjemput semua itu. Ya, ia pasti bisa. Ia pasti bisa. 'Tunggu aku sebentar lagi," katanya dengan nada sedikit bergetar.